.

 METODE ALAMIAH

(al-Thariqah al-Insaniyyah al-Thabi’iyyah/Natural Method)

A. Latar Belakang Lahirnya Metode Alamiah

Metode Alamiah atau yang disebut oleh Tracy D. Terrell (penggagasnya) dengan nama Natural Approach (Madkhal Insaniy/Pendekatan Alamiah), dirintis pada tahun 1976. Tracy D. Terrell adalah seorang linguis dan guru bahasa Spanyol di California University. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Kelahiran metode ini merupakan buah dari upaya penggagasnya dalam mengembangkan pengajaran bahasa Spanyol dengan menerapkan prinsip-prinsip "naturalistic" yang ada dalam ilmu pemerolehan bahasa kedua. Penggunaan metode tersebut kemudian berkembang tidak hanya dalam pengajaran bahasa Spanyol tetapi juga dalam pengajaran bahasa lain mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Pada waktu yang sama T. D. Terrel bekerja sama dengan Stephen Krashen, seorang ahli pendidikan bahasa dari University of Southern California. Mereka berdua bekerja bersama dalam mengembangkan teori-teori yang melandasi metode alamiah ini. Pada tahun 1983, mereka menerbitkan buku yang berjudul “The Natural Approach” yang memuat prinsip-prinsip dari Metode Alamiah dan teknik pengajaran bahasa asing yang menggunakan metode ini. 

Istilah alamiah "Natural" dalam metode ini berdasarkan pada suatu pandangan bahwa penguasaan suatu bahasa lebih banyak bertumpu pada pemerolehan bahasa (اكتساب اللغة) dalam konteks yang alamiah dibandingkan dengan pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar dipelajari satu per satu (تعلم اللغة). Focus dari metode ini adalah makna dari komunikasi-komunikasi sejati dibandingkan pada ketepatan bentuk ucapan.

Disebut alamiah karena belajar bahasa Asing disamakan seperti belajar bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya berdasarkan kepada perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara alamiah. Karena itu metode alamiah kadang-kadang disebut metode kebiasaan (al-thariqah al-‘adiyyah/ customary method). Di dalam belajar bahasa ibu, seorang anak memulai menyerap bahasa dengan menyimak dan meniru bahasa yang digunakan oleh orang dewasa, lalu ia mengucapkan apa yang ia simak secara berulang-ulang.  Dalam pelaksanakannya, metode ini tidak jauh berbeda dengan metode lengsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam bahasa asing tanpa diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak didik dapat digunakan. 

B. Hakikat Bahasa dalam Perspektif Metode Alamiah

Kedua pelopor metode ini tidak secara khusus menjelaskan hakikat bahasa. Tetapi dari pemikiran mereka dapat dipahami bahwa mereka sangat menekankan makna bukan bentuk bahasa. Kegunaan kosakata memang sangat ditekankan, misalnya, dengan penjelasan mereka bahwa bahasa adalah kumpulan kosakata yang secara tidak konsekuen tata bahasalah yang menentukan bagaimana caranya kosakata itu dieksploitasi untuk menghasilkan pesan (Tarigan, 1989: 218).

Kosakata merupakan kunci bagi pemahaman dan produksi ujaran. Dengan kosakata yang cukup banyak, siswa dapat memahami dan berbicara mengenai berbagai hal dalam bahasa sasaran sekalipun pengetahuannya mengenai struktur masih kosong. Walaupun demikian, bukan berarti struktur bahasa tidak diajarkan. Metode ini memahami bahwa bahasa terdiri dari serangkaian aturan tata bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Karena itu tata bahasa juga harus diajarkan, tetapi tidak boleh terpisah dari konteks.

Metode Alamiah didasarkan pada teori yang memandang bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, menyampaikan maksud atau makna dan alat untuk menyampaikan pesan. Para pencetus Metode Alamiah memandang “communication» sebagai fungsi utama bahasa. Karena pendekatan ini berfokus pada pengajaran kemampuan berkomunikasi, maka Metode Alamiah ini kurang lebih sama dengan metode-metode komunikatif lainnya (Richards and Rogers, 2003: 179). 


C. Hakikat Pembelajaran Bahasa dalam Perspektif Metode Alamiah

Asumsi-asumsi tentang pembelajaran bahasa yang diyakini oleh para pendukung metode ini dapat dijelaskan melalui lima asumsi (hypothesis) tentang pembelajaran bahasa yang dapat dijelaskan berikut ini:

Hipotesis Pemerolehan dan Pembelajaran (The Acquisition-Learning Hypothesis). 

Orang dewasa memiliki dua cara penguasaan (saitharah/mastery) dan pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua, yaitu melalui pemerolehan (iktisab/acquisition) dan belajar (ta’allum/learning). Pemerolehan diartikan sebagai suatu proses pemerolehan bahasa secara tidak disengaja termasuk di dalamnya pengembangan kemampuan bahasa secara alamiah melalui pemahaman bahasa itu sendiri dan melalui penggunaan bahasa dalam komunikasi yang bermakna. Cara kedua adalah melalui belajar yang diartikan sebagai proses dimana aturan-aturan bahasa itu dikembangkan secara sadar dan dengan kesengajaan. Yaitu dengan menggunakan drill atau latihan, pemecahan masalah dan lain-lain untuk mencapai kompetensi bahasa.

Hipotesis Urutan Alamiah (The Natural Order Hypothesis). 

Asumsi ini berpendapat bahwa pembelajaran tata bahasa berlangsung sesuai dengan urutannya dan urutan tersebut dapat diprediksi sebelumnya. Ini juga berarti bahwa satu aturan tata bahasa tertentu harus dikuasai sebelum aturan yang lain dipelajari. Kesalahan dalam berbahasa diangggap sebagai suatu proses perkembangan alami. Hipotesis ini lebih jauh menyatakan bahwa, secara umum struktur tertentu cenderung lebih cepat diperoleh dan yang lain lebih lambat.

Hipotesis Monitor (The Monitor Hypothesis). 

Asumsi ini menyatakan bahwa hasil belajar secara sadar hanya dapat digunakan untuk memonitor. Proses pembelajaran di kelas hanya mempunyai kegunaan yang terbatas atau sekunder. Kefasihan dalam berbahasa asing tidak datang dari pengetahuan formal tentang bahasa tersebut, tidak dari aturan-aturan yang dipelajari dalam kelas dan tidak pula dari aturan-aturan yang dipelajari dari buku teks. Hasil dari proses seperti itu hanya akan berbentuk suatu monitor, suatu penyunting (editor), yang fungsinya hanyalah untuk meneliti kalimat-kalimat yang akan atau telah dibuat.

Hipotesis Masukan (The Input Hypothesis). 

Asumsi ini menyatakan bahwa seseorang memperoleh (bukan belajar) bahasa dengan memahami masukan yang berada sedikit di atas tingkat kompetensinya pada saat itu. Hal ini dikenal dengan rumus I + 1. Kalau masukannya I + 10, maka akan ada banyak kesulitan untuk-memahaminya.

Hipotesis Saringan Sikap Afeksi (The Affective Filter Hypothesis). 

Dalam usaha memperoleh bahasa baru, variabel-variabel sikap siswa memainkan peranan penting. Kalau sikap itu digambarkan sebagai saringan afektif, saringan yang tebal (sikap negatif) akan membuat siswa tidak cukup terbuka untuk menerima masukan dari lingkungannya. Sebaliknya, saringan yang tipis (sikap positif) akan mempermudah masukan tadi.

D. Tujuan Metode Alamiah

Tujuan umum metode ini ialah agar siswa segera tuntas berbahasa dalam bahasa yang sedang dipelajari dan ditargetkan. Lebih khusus lagi tujuan pengajaran bahasa yang ingin dicapai oleh metode ini adalah untuk membuat siswa bisa berkomunikasi personal dasar, baik dengan lisan maupun tulisan. Tujuan komunikasi ini dapat diungkapkan dalam bentuk situasi-situasi bahasa, fungsi-fungsi bahasa dan topik-topik bahasa yang sangat bermanfaat bagi siswa-siswa pemula (mubtadi’in/beginners) yang hendak diantarkan menjadi siswa menengah (mutawassith/intermediate).

Siswa didorong untuk menguasai kompetensi komunikatif agar dapat berpartisipasi secara penuh dalam situasi yang diberikan, disamping mampu memahami ujaran dari penutur asli dan mampu mengungkapkan gagasan dan keinginan mereka. Siswa tidak dituntut harus mengetahui setiap kata dalam segi semantik tertentu tetapi tuturan mereka harus bisa dipahami oleh rekan bicaranya. Mereka harus mampu mengungkapkan bahasa dengan makna yang jelas walaupun tata bahasanya tidak akurat.

E. Jenis Kegiatan Pembelajaran dalam Metode Alamiah

Kegiatan belajar mengajar yang berpedoman pada Metode Alamiah lebih banyak memberikan penekanan pada pemberian comprehensible input (input yang terpahami) dalam bahasa target. Guru lebih banyak bercerita tentang benda-benda yang ada dalam kelas atau bercerita dengan menggunakan gambar-gambar yang bias membantu siswa memahami bahasa yang dipelajarinya. 

Agar bisa tercipta suasana yang santai maka siswa diharapkan bisa mengungkapkan pikiran, pendapat, dan tanggapan mereka dalam bahasa target. Apabila siswa sudah siap untuk berbicara dalam bahasa yang dipelajarinya, maka guru harus memberikan comprehensible input lebih banyak lagi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban-jawaban yang sederhana. Guru berbicara dengan lambat dan sejelas mungkin, bertanya dan memberikan jawaban yang sangat sederhana sehingga siswa rnernperoleh input yang diperlukan. Siswa tidak dipaksa untuk menggunakan kata-kata bahasa taget secara aktif sebelum mereka benar-benar telah menguasainya. Penguasaan siswa terhadap kata kata bahasa target disebabkan oleh keseringan mereka mendengar kata-kata itu dari guru. 

Penggunaan alat peraga seperti gambar, chart dan benda-benda asli sangat membantu siswa dalam memahami ujara-ujaran guru. Jika kemampuan siswa sudah memungkinkan, mereka diajak untuk bercakap antara sesama siswa, akan tetapi percakapan itu harus berfokus pada kegiatan komunikasinya bukan pada tata bahasanya. Latihan-latihan menyimak dan membaca digunakan secara ekstensif, berbicara dan menulis terutama pada tahap-tahap permulaan jarang sekali dilakukan. Seluruh waktu di kelas dimanfaatkan untuk aktivitas-aktivitas yang menopang pemerolehan dan bukan pembelajaran. Koreksi kesalahan siswa tidak dilakukan dalam waktu proses belajar di kelas melainkan di luar kelas dalam bentuk latihan-latihan atau pekerjaan rumah yang khusus dirancang untuk itu.




F. Karakteristik Metode Alamiah

1. Model Silabus

Silabus terdiri dari tujuan-tujuan komunikaif. Penekanan Metode Alamiah ini adalah pada potensi komunikatif. Penekanan pada komunikasi mau tidak mau memaksa metode ini untuk menyajikan kosakata dalam jumlah yang banyak dan kurang pada grammar. Demikian pula lafal tidak diberi perhatiari khusus, kecuali bila merubah arti. Hal ini diperlukan karena dalam metode ini benar-benar dibedakan antara komprehensi dan produksi. Karena itu juga diperlukan pemberian kosa kata dengan aturan-aturan sintaksis yang sangat umum. 

Menyimak dan membaca dianggap masukan yang sangat berguna dalam pemerolehan bahasa kedua. Metode ini yakin bahwa jika menyimak dan membaca dilakukan secara benar, maka berbicara dan menulis akan timbul dengan sendirinya, tidak perlu diajarkan secara intensional. Urutan penyajian adalah reseptif kemudian produktif. Kegiatan-kegiatan reseptif mendapat porsi lebih banyak dalam silabus.

2. Peran Guru

Dalam metode ini guru diharapkan menjadi seorang fasilitator yang menyediakan materi-materi yang dibutuhkan oleh para siswa dan siswa bebas memilih materi apa yang ingin mereka gunakan. Guru juga merupakan seorang organisator tetapi bukan sosok yang dominan, dia aktif dalam mengatur kelas, aktif membimbing dan aktif memberi bantuan bila diperlukan. Guru juga beperan sebagai sumber utama comprehensible input dalam bahasa sasaran.

 Guru menyediakan waktu yang banyak untuk memberikan comprehensible input kepada siswa dalam kelas agar pemerolehan bahasa dapat berlangsung, dalam hal ini guru berfungsi sebagai “generator” dalam memberikan input kepada siswa. Berikutnya guru berperan sebagai pencipta suasana kelas yang menarik dan santai serta ramah sehingga dengan demikian akan meminimalkan terjadinya affective filter dalam belajar. Kemudian guru juga berperan sebagai penanggung jawab dalam memilih, mengumpulkan dan merancang materi pelajaraan untuk digunakan dalam kelas.

3. Peran Siswa 

Siswa-siswa dianggap sebagai rekan dan tidak boleh merasa takut untuk melakukan kesalahan dalam usaha mereka untuk menggunakan bahasa target. Dalam pelaksanaan Metode Alamiah, siswa memainkan peran sebagai prosessor dari comprehensible input yang ada. Siswa diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam penggunaan bahasa target. Mereka didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin masukan dan dari segala sumber. Mereka harus memahami apa yang mereka lakukan serta memahami tujuan pelajaran. 

Walaupun peran siswa telah ditetapkan sebagai prosessor dari comprehensible input dalam metode ini, peran itu bisa berubah mengikuti tahap perkembangan kemampuan kebahasaan mereka. Perubahan peran siswa ini terutama terjadi pada saat siswa memutuskan kapan mereka harus bicara, apa yang mereka harus ucapkan dan ungkapan-ungkapan kebahasaan apa yang mereka akan gunakan dalam percakapan.

4. Peran  Bahan Ajar 

Terkait dengan peran bahan ajar, dapat dikatakan bahwa tidak ada suatu buku teks yang dianjurkan dalam metode ini. Buku teks atau media apa pun yang langsung dapat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran dapat digunakan dalam metode ini. Namun, buku-buku gramatika tidak dianjurkan pada tahap-tahap permulaan, sebab dikhawatirkan siswa akan lebih banyak “belajar” daripada “memperoleh” bahasa kedua, artinya dengan demikian siswa hanya akan lebih menguasai ilmu yang eksplisit tanpa dapat memakainya untuk berkomunikasi. (Richards and Rodgers 2003: 138). 

Prosedur dan Teknik Metode Alamiah Metode Alamiah muncul dengan maksud untuk rnengembangkan kemampuan dasar dalam berkomunikasi. Tujuan ini diwujudkan dalam bentuk komunikasi yang memperhatikan situasi, fungsi, dan topik. Tekanan pengajaran diletakkan pada perluasan kosa kata. Tugas utama materi ajar adalah untuk menungkatkan pemahaman dan komunikasi. Bahana ajar yang disarankan seperti gambat-gambar dan sarana visual yang menyediakan infprmasi untuk dikomunikasikan. Selain itu permainan (games) bisa dijakdikan sebagai bahan ajar pula selama dapat memfokuskan siswa pada apa yang akan dilakukan dan menggunakan bahasa.

G. Langkah-langkah Penyajian Metode Alamiah

Sebagaimana yang dinyatakan pada bagian sebelumnya bahwa metode alamiah ini muncul dengan maksud mengembangkan kemampuan dasar dalam berkomunikasi. Kelas yang menerapkan metode alamiah ini adalah sebuah kelas yang didominasi oleh pengajaran bahasa asing yang didominasi oleh kegiatan-kegiatan komunikasi kesempatan memeroleh hal-hal yang bersifat konstektual dan teknik belajar yang humanistik. 

Dalam pembelajaran dikelas menggunakan metode alamiah ini , berbagai macam teknik dan kegiatan pembelajaran yang diadopsi secara bebas dari metode-metode yang lain, asalkan sejalan dengan tujuan metode ini. Seperti yang dapat kita lihat dalam prosedur penerapan metode alamiah yang dijelaskan oleh Krashen dan Terrel :

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran, guru memulai pembelajarannya, dengan perintah sederhana yang mudah dipahami oleh siswa. Seperti : Tutup buku! Berdiri!

Tetap dengan menggunakan perintah, guru guru melanjutkan kegiatannya dengan mengajarkan nama-nama bagian tubuh dan memperkenalkan angka-angka beserta urutan. Seperti : “Taruh tangan diatas kepala, Taruh tangan diatas pundak, dan sebagainya”.

Masih dengan teknik perintah, guru memperkenalkan nama alat-alat dan benda-benda yang ada didalam kelas.

Guru menggunakan nama-nama karakteristik fisik dan pakaian untuk mengenalkan nama-nama anggota kelas.

Guru menggunakan media visual, khususnya majalah bergambar, untuk memperkenalkan kata-kata baru dan disambung dengan kegiatan-kegiatan yang hanya membutuhkan nama-nama siswa sebagai responsi.

Guru memperkenalkan gambar-gambar kepada seluruh kelas.

Guru menggunakan teknik penggunaan gambar dan perintah.

Guru menggabungkan antara observasi gambar, perintah dan kondisi.

Dengan menggunakan beberapa gambar, guru menyuruh para siswa menunjuk pada gambar yang diberikan.

H. Keunggulan Metode Alamiah

Seperti halnya pendekatan yang lain dalam pengajaran bahasa Metode Alamiah memiliki keunggulan-keunggulan di samping kelemahan-kelemahan. Keunggulan utama dari metode ini terletak pada tujuan komunikasi yang diembannya. Siswa akan belajar komunikasi dasar interpersonal sejak dini. Metode Alamiah juga sangat efektif digunakan pada tingkat dasar dimana “silent period” akan berfungsi. Dalam pendekatan ini siswa tidak perlu mengatakan sesuatu kalau mereka belum siap untuk itu, atau dengan kata lain, selama dalam masa ini siswa tidak akan dipaksa melainkan mengamati situasi-situasi bahasa yang terjadi di sekitarnya sampai mereka siap untuk berbicara. Keunggulan lain dari pendekatan ini terletak pada suasana santai yang dirasakan oleh siswa dalam kelas. Karena mereka tidak akan dipaksa untuk berbicara dalam bahasa target, siswa tidak mengalami ketegangan, sehingga mengurangi adanya pengambilan resiko pada saat siswa sudah mengalami kemajuan.

I. Kekurangan Metode Alamiah

Metode Alamiah juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan atau kekurangan yang paling jelas terlihat pada metode ini adalah kurangnya konsentrasi dalam peningkatan kecakapan para siswa. Jelas, metode ini membatasi tujuan kecakapan sampai pada taraf performansi yang agak rendah. Kelemahan lain metode ini adalah bahwa kepada para siswa tidak diberikan umpan balik korektif yang mereka butuhkan demi peningkatan kecakapan mereka. Mengabaikan umpan balik koreksian dan memberikan sedikit sekali alokasi waktu untuk pelajaran tata bahasa sehingga kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa tidak menjadi perhatian guru dapat mengakibatkan pembatuan (fosilization) kesalahan. Selain itu, guru dituntut untuk kreatif dalam kelas untuk memberi pemahaman kepada siswa. Penggunaan informasi non-linguistik sangat diperlukan untuk membantu siswa menerima input sehingga guru yang tidak memiliki kreatifitas kurang cocok menggunakan pendekatan ini dalam pengajaran bahasa asing.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel